Rabu, 01 Oktober 2014

SOSIOLOGI EKONOMI MAX WEBER



PENDAHULUAN

Sosiologi merupakan suatu ilmu yang telah melalui proses perkembangan pemikiran filosofi dan empirical-histories.Fenomena sosial yang terjadi di Eropa Barat antara abad ke-15 hingga abad ke-18 merupakan latar belakang yang sangat mempengaruhi perkembangan sosiologi. Sosiologi dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang memiliki paradigma majemuk yang disebabkan oleh kompleksitas permasalahan yang ada di masyarakat sehingga menghasilkan berbagai macam sudut pandang dalam sosiologi itu sendiri.
Kelahiran sosiologi memiliki tujuan untuk memahami tingkat perkembangan manusia dan masyarakat dalam kehidupan sosial sebagaimana yang pernah dikemukakan oleh bapak sosiologi Auguste Comte lewat teori Positif-nya. Sosiologi dianggap penting bagi para ilmuwan, baik ilmuwan sosial maupun ilmuwan-ilmuwan lain di dalam mengkaji tingkat kehidupan sosial masyarakat yang berkembangan dari zaman ke zaman.
Setiap tokoh sosiologi klasik tersebut memiliki teori unggulan masing-masing dengan sudut pandang yang terkadang berbeda. Ada yang mengemukakan teori baru namun ada pula yang menyempurnakan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Salah satunya yaitu Max Weber yang terkenal dengan suatu metode dengan nama Verstehende.
Perkembangan sosiologi tidak telepas dari jasa-jasa para sosiolog lainnya, seperti Auguste Comte (bapak sosiologi), Emile Dukheim, Karl Max, Ferdinan Tonnis, Max Weber, dan sederetan tokoh sosiologi lainnya. Mereka ini dianggap orang yang paling berjasa dalam perkembangan sosiologi karena buah pikiran mereka menjadi dasar rujukan dalam memahami konsep kehidupan sosial kemasyarakatan.





PEMBAHASAN

A.      Biografi Max Weber
Max Weber dilahirkan di Erfurt, Jerman pada 21 April 1864. Ia berasal dari keluarga kelas menengahyang terpandang di kalangan politik Partai Liberal Nasional (National Liberal Party) di masa Bismark. Max Weber terlahir dari dua karakter orangtua yag berbeda dan itu sangat mempengaruhi orientasi intelektual dan psikologis Weber. Ayah Max Weber adalah seorang ahli hukum yang cakap dan penasihat kota praja, berasal dari keluarga pedagang linen dan produsen tekstil di Jerman bagian barat. Sang ayah adalah seorang yang menyukai kesenangan duniawi. Sedangkan Ibu Weber adalah seorang calvinis yang taat, wanita yang berusaha menjalani hidup prihatin (ascetic), tanpa kesenangan yang didambakan suaminya. Perbedaan antara orang tuanya tersebut membawa dampak besar pada orientasi intelektual dan perkembangan psikologisnya.[1]
Pada awalnya, Weber memilih orientasi hidup ayahnya kemudian mendekati orientasi hidup ibunya. Pilihan yang paling dipilih olehnya ini ternyata berpengaruh negatif terhadap kejiwaan Weber. Sehingga pada usia 16 tahun, Weber pergi dari rumah dan belajar di Universitas Heidelberg. Saat itu Weber tidak hanya menunjukkan jati dirinya seperti pandangan hidup ayahnya, tetapi pada waktu itupun memilih karier hukum seperti ayahnya. Setelah lulus, Weber menjalani dinas militer dan pada tahun 1884, ia kembali ke Berlin ke rumah orangtuanya dan belajar di Universitas Berlin.
Weber mulai membangkitkan seluruh waktunya untuk kehidupan akademisnya ketika dia menerima kedudukan sebagai profesor ekonomi di Universitas Freiburg tahun 1894. Pada tahun 1896, giatnya dalam bekerja ini membawanya pada posisi sebagai profesor ekonomi di Heidelberg.
Pada tahun 1897, ketika karier akademik berkembang, ayahnya meninggal dunia setelah bertengkar hebat dan diusir oleh Max dari rumah. Hal ini membuat Weber merasa bersalah sehingga kesehatan fisik dan psikologinya terganggu selama bertahun-tahun. Tahun1899, dia harus dirawat dirumah sakit untuk beberapa minggu. Pada tahun 1903 tidak sampai tahun 1904, ketika ia menyampaikan kuliah perdananya dalam waktu enam setengah tahun, Weber mampu kembali aktif kedalam kehidupan akademik.
Dalam kehidupan Weber, dan lebih penting lagi dalam karya-karyanya, terdapat ketegangan antara pikiran birokratis, sebagaimana ditampilkan oleh sang ayah, dengan religiusitas ibunya. Ketegangan yang tak terpecahkan itu merasuk ke dalam karya Weber yang berjudul The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism. Weber meninggal dunia pada tanggal 14 Juni 1920 pada saat dia mengerjakan karya terpentingnya Economy and Society.[2]

B.       Pendekatan Sosiologi Max Webber
Max Weber mendefinisikan sosiologi sebagai sebuah ilmu yang mengusahakan pemahaman interpretatif mengenai tindakan sosial agar dengan cara itu dapat menghasilkan sebuah penjelasan kausal mengenai pelaksanaan dan akibat-akibatnya.
Teori sosiologi interpretatif (Verstehen) berpandangan bahwa dunia sosial berbeda dengan dunia alam yang harus dimengerti sebagai suatu penyelesaian secara terlatih dari manusia sebagai subyek yang aktif dan pembentukan dunia ini sebagai sesuatu yang mempunyai makna, dapat diperhitungkan atau dimengerti dengan jelas. Menurut Max Weber, sosiologi adalah ilmu yang berhubungan dengan pemahaman interpretatifyang dimaksudkan agar dalam menganalisis dan mendeskripsikan masyarakat tidak sekedar yang tampak saja, melainkan dibutuhkan interpretasi agar penjelasan tentang individu dan masyarakat tidak keliru. Weber merasa bahwa sosiolog memiliki kelebihan daripada ilmuwan alam. Kelebihan tersebut terletak pada kemampuan sosiolog untuk memahami fenomena sosial, sementara ilmuwan alam tidak dapat memperoleh pemahaman serupa tentang perilaku atom dan ikatan kimia.[3]
Dengan demikian, Weber membedakan tindakan dari tingkah laku pada umumnya dengan mengatakan bahwa sebuah gerakan bukanlah sebuah tindakan jika gerakan itu tidak memiliki makna subjektif untuk orang yang bersangkutan. Ini menunjukkan bahwa seorang pelaku memiliki sebuah kesadaran akan apa yang ia lakukan yang bisa dianalisis menurut maksud-maksud, motif-motif dan perasaan-perasaan sebagaimana mereka alami.

C.      Pemikiran Max Weber dan Karya-Karyanya
Max Weber pada intinya mengemukakan teori tentang proses rasionalisasi. Weber tertarik pada masalah “Mengapa institusi sosial di dunia barat berkembang semakin rasional tapi di belahan dunia lain tampak ada rintangan kuat yang menghambat perkembangan tersebut?”. Dalam masalah ini, Weber memusatkan perhatiannya pada satu dari empat jenis proses yang diidentifikasikan oleh Kalrberg, yaitu Rasionalitas Formal yang meliputi proses berpikir seseorang dalam membuat pilihan mengenai alat dan tujuan yang biasanya merujuk pada kebiasaan, peraturan, dan hukum yang diterapkan secara universal dimana ketiganya berasal dari berbagai struktur berskala besar terutama birokrasi dan ekonomi.[4]
Weber melihat birokrasi sebagai contoh klasik dari rasionalisasi, dan memasukkan diskusinya mengenai proses birokratisasi ke dalam diskusi yang lebih luas tentang lembaga politik. Weber membedakan tiga jenis sistem otoritas yaitu tradisional, karismatik, dan rasional-legal. Sistem otoritas rasional-legal hanya dapat berkembang dalam masyarakat Barat Modern dan hanya dalam sistem itulah birokrasi tersebut dapat berkembang penuh. Masyarakat di belahan dunia lain masih didominasi sistem otoritas tradisional ataupun karismatik yang merupakan rintangan perkembangan sistem hukum rasional dan birokrasi modern.
Weber juga membuat analisis rinci tentang mengapa sistem ekonomi rasional yang berkembang di dunia barat, gagal berkembang di belahan dunia lain. Dalam hal ini, Weber mengakui peran sentral agama, dimana dia di satu sisi terlibat dialog dengan Marxis untuk menunjukan bahwa agama bukanlah sebuah epifenomena semata, melainkan agama telah memainkan peran kunci dalam pertumbuhan kapitalisme di Barat, tetapi gagal di masyarakat belahan dunia yang lain. Weber menegaskan, sistem agama rasionallah (Calvinisme) yang berperan sentral dalam pertumbuhan kapitalisme di Barat. Tapi dibelahan dunia lain, Weber mengkaji dan menemukan sistem agama yang irrasional yang merintangi perkembangan sistem ekonomi rasional, walaupun pada akhirnya rintangan tersebut hanya untuk sementara karena sistem ekonomi bahkan seluruh struktur sosial masyarakat akan menjadi rasional.
Adapun karya-karya popular Max Weber antara lain:
1.      The protestan etnic and the spirit of capitalisme
2.      Economy and Society
3.      From Max Weber Esay in Sociology
4.      The Theory Sosioal and Economic and Organization
5.      General Economi History
6.      Religionasseziologie.[5]

D.      Tokoh yang Mempengaruhi Max Weber
Tokoh yang mempengaruhi Max Weber adalah Karl Mark. Weber memandang Mark dan para penganut Marxis pada zamannya sebagai deternis ekonomi yang merupakan teori-teori berpenyebab tunggal tentang kehidupan sosial. Mereka juga menganggap ide-ide hanyalah kepentingan material dan kepentingan materi adalah penentu ideologi. Sedangkan di sini Weber menyanggahnya, Weber lebih mencurahkan perhatiannya dan gagasannya terhadap ekonomi. Weber pun memusatkan perhatiannya pada pengaruh gagasan keagamaan terhadap ekonomi. Namun, Weber juga memperluas isi-isi yang telah dijelaskan oleh Mark. Weber memperluas gagasan Mark tentang teori stratifikasi. Weber memperluas teori tersebut dengan menambahkan prestige atau status dan kekuasaan sebagai dasar stratifikasi.
Tokoh lain yang mempengaruhi Weber adalah Immanuel Kant, yang membedakan antara isi dan bentuk kehidupan nyata. Isi dapat di pahami melalui bentuk, sehingga membuat karya Weber menjadi lebih statis. Kemudian, pengaruh selanjutnya diterima Nietzcshe yang mana membuktikan bahwa kebutuhan individu untuk bertahan terhadap pengaruh birokrasi dan struktur masyarakat modern yang lain.[6]

E.       Teori Max Weber dalam Perkembangan Sosiologi
1.         Aliran Protestan dan Kapitalisme
Karya Max Weber yang paling terpenting adalah The Protestan Etnic and the Spirit of Capitalisme. Dalam teorinya, Weber menjelaskan peran dan fungsi agama terhadap bangkitnya kapitalisme modern.
Sistem kapitalis modern itu hanya dilahirkan di Eropa Barat (kemudian Amerika Utara) dan perkembangannya sangat terdorong oleh adanya sesuatu yang disebut semangat kapitalisme. Semangat kapitalisme bukan esensi kapitalisme sebagai sistem ekonomi, tetapi suatu sikap mental yang memungkinkan kapitalisme modern. Semangat kapitalisme adalah sikap mencari keuntungan secara rasional dan sistematis.[7]
Weber memusatkan perhatian pada protestantisme sebagai sebuah sistem gagasan dan pengaruhnya terhadap sistem ekonomi kapitalis. Di periode awal kapitalisme, agen terpenting adalah orang protestan. Hal ini diteliti oleh yang Weber kemudian korelasi ini pun dibuktikan. Weber menarik kesimpulan bahwa terdapat peran khusus orang-orang protestan dalam menggunakan kapitalisme, yang mana salah satunya keyakinan agama mereka. Keimanan protestan tersebut telah menghasilkan motivasi aktivitas pro-kapitalis yang mana berorientasi pada kehidupan duniawi. Di mana bakti keagamaan biasanya disertai dengan penolakan terhadap urusan duniawi termasuk pengejaran ekonomi dan hal tidak terjadi pada protestanisme. Weber juga mendefinisikan semangat kapitalisme sebagai gagasan dan kebiasaan yang mendukung pengajaran yang rasional terhadap keuntungan ekonomi.
Analisanya mengenai etika protestan serta pengaruhnya dalam meningkatkan pertumbuhan kapitalisme menunjukkan pengertiannya mengenai pentingnya kepercayaan agama serta nilai dalam membentuk pola motivasional individu serta tindakan ekonominya. Pengaruh agama terhadap pola perilaku individu serta bentuk-bentuk organisasi sosial juga dapat dilihat dalam analisa perbandingannya mengenai agama-agama dunia yang besar.Weber juga mengemukakan mengenai analisa tipeideal dimana memungkinkan untuk mengatasi peristiwa-peristiwa khusus dan untuk memberikan analisa perbandingan dengan menggunakan kategori-kategori teoritis yang umum sifatnya. Keseluruhan pendekatannya menekankan bahwa kepentingan ideal dan materil mengatur tindakan orang, dan bahwa hubungan antara ideal agama dan kepentingan ekonomi sebenarnya bersifat saling tergantung. Dengan kata lain, hubungannnya itu bersifat timbal balik, termasuk saling ketergantungan antara protestantisme dan kapitalisme. Dalam perkembangan kapitalismemodern, menuntut untuk pertumbuhan modal, menuntut kesediaan untuk tunduk pada disiplin perencanaan yang sistematis,bekerja secara teratur dalam suatu pekerjaan, serta untuk tujuan-tujuan di masa mendatang.
2.         Rasionalisasi
Karya Weber pada dasarnya adalah mengemukakan teori tentang rasionalisasi. Secara spesifik, berkembangnya birokrasi dalam kapitalisme modern merupakan sebab akibat dari rasionalisasi hukum, politik, dan industri. Menurutnya, birokratisasi itu sesungguhnya merupakan wujud dari administrasi yang konkrit dari tindakan yang rasional, yang menembus bidang peradaban Barat, termasuk ke dalamnya seni musik dan arsitektur. Kecenderungan totalitas ke arah rasionalisasi di dunia Barat merupakan hasil dari pengaruh perubahan sosial.Weber menyebutkan bahwa rasionalisasi merupakan ciri paling signifikan masyarakat modern yang mana ditandai oleh tiga tipe besar aktifitas manusia, yaitu:
a)      Tindakan tradisional yang terkait dengan adat istiadat.
b)      Tindakan afektif yang digerakkan oleh nafsu.
c)      Tindakan rasional yang merupakan alat yang ditujukan kearah nilai atau tujuan yang bermanfaat.
Weber menunjukkan bahwa rasionalisasi tindakan hidup sehari-hari para pendiri agama protestan mendukung kapitalisme. Weber juga melihat bahwa birokrasi merupakan klasik rasionalisasi yang mana merupakan alat untuk mencapai tujuan. Di dalam birokrasi inilah terdapat dominasi-dominasi yang mana dalam Economy and Society. Weber membaginya menjadi tiga bentuk dominasi, yakni otoritas tradisional, karismatik, dan legal-rasional. Di mana otoritas tradisional dan karismatik umumnya akan merintangi perkembangan birokrasi modern dan sistem hukum rasional karena sistem tersebut berasal dari zaman kuno.
Birokrasi menjadi dominan di segala wilayah kehidupan publik karena meningkatnya formalisasi relasi-relasi publik. Inilah awal dari proses Weberian. Meningkatnya sentralisasi birokrasi berjalan seiring dengan meningkatnya sentralisasi kekayaan. Ironisnya, seperti halnya kapitalisme yang menggerus agama, demikian pula organisasi merongrong masa yang semula justru lahir bersama-sama. Namun demikian, di dalam Protestant Ethic, Weber bukan sekedar mengatakan bahwa birokrasi eksis dalam arti institusional atau organisasi yang sempit, lebih dari itu adalah kebudayaan, praktik dan keyakinan pun menjadi birokratis. Yang menyebabkan proses demikian itu bukanlah ide-ide, melainkan kepentingan-kepentingan material dan ideal, yang dikonsepsikan oleh para aktornya.[8]
3.         Tindakan Sosial
Teori tindakan sosial, cabang penting ketiga dari behaviorisme sosial merupakan sebuah tanggapan independen terhadap permasalahan-permasalah sama yang memunculkan pluralisme behavioral dan interaksionisme simbolik. Ia mewaliki sebuah pemecahan teoritik khusus bagi permasalah-permasalah umum dari aliran itu. Dalam analisis mereka mengenai kepribadian, struktur sosial, dan perilaku kolektif, aliran keprilakuan pluralistik membangun titik tolak mereka melalui beberapa pandangan seperti halnya imitasi, inovasi, sugesti, difusi, pertentangan inovasi-inovasi dan kesadaran akan kebaikan, aliran interaksionis simbolik memilih tingkah laku-tingkah laku, harapan bersama, bahasa sebagai sebuah mekanisme antar keperilakuan dan peranan sosial sebagai hal penting dalam pendekatan mereka terhadap persoalan-persioalan yang sama.[9]Tindakan sosial meliputi setiap jenis perilaku manusia, yang dengan penuh arti diorientasikan kepada perilaku orang-orang lain. Sosiologi menurut Weber adalah suatu ilmu yang mempelajari tidakan sosial. Tidak semua tindakan manusia dapat dianggap sebagai tindakan sosial. Suatu tindakan hanya dapat disebut tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku orang lain.
Weber membedakan empat jenis orientasi perilaku sosial. Pertama, tindakan yang sengaja rasional yang mana menerapkan rencana yang telah dirumuskan mengenai penerapan rasional dari ilmu pengetahuan sosial, pada paradigma, model pola tindakan sosial pada umumnya. Kedua, tindakan rasional nilai yang diarahkan kepada suatu ideal yang berada di atas segala-galanya, dan tidak memperhitungkan pertimbangan-pertimbangan lain apa pun. Ketiga, tindakan yang bersifat kasih sayang yang merupakan tindakan yang dilakukan dibawah goncangan sesuatu jenis keadaan perasaan. Keempat, tindakan tradisional yang dilakukan dibawah pengaruh adat dan kebiasaan.[10]
Suatu tindakan adalah perilaku yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Ia membedakan tindakan dengan perilaku yang murni reaktif. Konsep perilaku dimaksudkan sebagai perilaku otomatisyang tidak melibatkan proses pemikiran. Stimulus datang dan perilaku terjadi, dengan sedikit saja jeda antara stimulus dengan respons. Perilaku semacam ini tidak menjadi minat sosiologi Weber. Ia memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas melibatkan campur tangan proses pemikiran. Dalam teori tindakannya, tujuan Weber tak lain adalah memfokuskan perhatian pada individu, pola dan regularitas tindakan, dan bukan pada kolektivitas. Tindakan dalam pengertian orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subjektif hanya hadir sebagai perilaku seseorang atau beberapa orang manusia.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Weber mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang memusatkan perhatiannya pada pemahaman interpretatif(Verstehen)atas tindakan sosial dan pada penjelasan kausal atas proses dan konsekuensi tindakan tersebut.








PENUTUP

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Max Weber (1864-1920) adalah seorang ahli teori sosiologi yang berasal dari Erfrut, Jerman. Dia berasal dari keluarga kelas menengah, namun kedua orangtuanya memiliki karakter yang sangat berbeda. Pada mulanya Weber cenderung berorientasi pada ayahnya, namun kemudian dia semakin mendekati nilai-nilai ibunya dan antipasti terhadap ayahnya pun meningkat. Weber pun bergeser pada sosiologi ekonomi. Dengan kehidupannya yang giat dalam bekerja dia membawa pada posisi sebagai profesor ekonomi di Heidelberg.
Banyak teori-teori sosiologi yang dimunculkan oleh Weber, seperti Teori Etika Protestan dan Kapitalisme, Rasionalisasi, dan Tindakan Sosial yang menekankan pada pemahaman (verstehen). Selain itu, Weber juga terpengaruh oleh beberapa ahli teori sosiologi lainnya, seperti Karl Max dan Immanuel Kant. Hasil kerja keras dan giatnya dia bekerja membawa hasil berupa karya-karya yang bermanfaat bagi masyarakat.


[1] Noorkholis, Max Weber Sosiologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 3.
[2]George Ritzer & Douglas J. Goodmman, Teori Sosiologi (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2003), hlm. 129-131.
[3]http://nicofergiyono.blogspot.com/2013/09/teori-max-weber.html (di akses pada tanggal 31 Maret 2014 pukul 14.10 WIB.)
[4] George Ritzer & Douglas J. Goodmman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana Renada Media Group, 2007), hlm. 37.
[5]Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 446.
[7] J. Dwi Narwoko, Sosiologi, Teks Pengantar & Terapan (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 227-228.
[8]Peter Beilharz, Teori-Teori Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm.367-368.
[9]Prof. Dr. Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 255.
[10]Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu Analisis terhadap Karya Tulis Marx, Durkheim, dan Max Weber (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1986), hlm. 187-188.

1 komentar: